Selasa, 01 Maret 2016

Warga Mendukung, Pemilik Kafe Bingung

  adminmesumpedia       Selasa, 01 Maret 2016
mesumpedia-Embusan angin sepoi menabrak tebing di sepanjang kawasan Bukik Lampu. Pengendara dari dan ke Kota Padang dapat merasakan hawa sejuk saat melintasi Jalan Raya Sumbar-Bengkulu itu.
Hamparan la­ut biru ber­hi­askan ane­ka ukuran ka­pal laksana pemandangan dalam luki­san. Sayangnya, pesona itu disalahgunakan oleh be­berapa orang yang mencari uang lewat jalan pintas; bisnis esek-esek. Kontan saja, pemerintah meratakan bangunan liar di Bukik Lampu dan Pantai Nirwana untuk sekian kalinya.

Saat Haluan me­ngun­jungi kawasan Bukik Lampu dan Pantai Nirwana ke­marin (1/3), masih terlihat sisa-sisa pekerjaan Satuan Koordinasi Keamanan Ke­ter­tiban Kota (SK4) Padang sehari sebelumnya (29/2). Di antaranya, puluhan ba­ngunan kayu liar yang didu­ga sebagai kafe esek-esek tampak tumbang ke jurang-ju­rang, puluhan bangunan per­manen yang ditengarai sebagai tempat karaoke esek-esek tampak dipasangi segel tak boleh ber­operasi, serta puluhan tonggokan arang berkas pembakaran pon­dok baremoh di Taman Nirwana masih terlihat.
Wan (32), pemilik salah satu bangunan kayu yang ditum­bang­kan ke jurang, terlihat tengah memahat beberapa potong kayu di lokasi kafenya berdiri sebelum operasi pembongkaran digelar. Katanya, ia belum tahu apakah akan kembali mendirikan kafe atau tidak. Ia mengaku hanya me­mungut kayu yang masih layak pakai.
“Padahal kedai saya cuma kedai menjual minuman, tapi kena pembongkaran juga. Seka­rang saya hanya mengambil kayu sisanya,” kilahnya ketika ditanya apakah ia akan mendirikan lagi bangunan yang dirobohkan ang­gota Satpol PP Kota Padang di bawah pimpinan Kepala Satpol PP Firdaus Ilyas yang langsung turun ke lokasi saat penertiban.
Bukan hanya Wan, beberapa pemilik kafe yang dirobohkan lainnya juga terlihat mengerjakan berbagai hal di bekas reruntuhan kafe mereka. Tak satu pun yang mengaku akan mendirikan ba­ngunan kembali. Di samping itu, beberapa warga terlihat di depan bangunan permanen yang ber­segel. Namun, tidak ada tanda-tanda kafe itu akan beroperasi pada malamnya.
Saat pantauan diteruskan ke Pantai Nirwana, terlihat tong­gokan arang kayu bekas pemba­karan ‘pondok baremoh’ oleh Satpol PP saat penertiban. Mes­ki­pun demikian, beberapa pon­dok tidak tertutup masih terlihat berdiri dan diisi muda-mudi yang sepertinya tidak sedang mela­kukan hal yang aneh-aneh.
Nd, seorang pemilik pondok kepada Haluan mengatakan, dalam beberapa hari ke depan ia akan mendirikan kembali pon­doknya, namun ia berencana membangun pondok yang ter­buka, tidak seperti sebelumnya yang tertutup dan hanya terbuka di sisi yang menghadap ke pantai saja. Namun, ia tak yakin akan banyak pengunjung datang ke Pantai Nirwana.
“Selama ini banyak orang datang untuk duduk-duduk di pondok saya, tapi itu yang di­bakar. Kalau tak ada pondok, belum tahu apakah ada orang akan datang atau tidak sama sekali,” katanya.
Ditarik jauh ke belakang, pembongkaran bangunan liar, kafe dan pondok baremoh di dua kawasan tersebut bukanlah yang pertama dilakukan Pemko Pa­dang. Yang paling kentara tentu pembongkaran pada 2012 lalu. Saat itu, penertiban didukung warga yang tidak menyetujui keberadaan ladang bisnis esek-esek tersebut. Namun, pem­bongkaran mendapat perla­wanan dan diwarnai keikutsertaan ok­num tentara yang diduga mem­bekingi keberadaan pondok ter­se­but. Akibatnya, tujuh wartawan mengalami kekerasan.
Sedangkan pada pem­bong­karan kali ini, Satpol PP Kota Padang mencatat telah meru­buhkan 25 bangunan liar dan menyegel 9 kafe/tempat karaoke di Bukik Lampu, serta membakar 25 pondok baremoh di kawasan Pantai Nirwana. Warga sekitar tetap menyambut baik pem­bongkaran tersebut, namun ma­sih ada yang pesimis dan me­yakini tempat-tempat mesum tersebut akan berdiri kembali.
M.I Maulana (28), salah seo­rang pemuda Gauang Gates mengatakan, pemuda mendu­kung upaya pemerintah dalam menertibkan tempat-tempat me­sum Bukik Lampu dan Pantai Nirwana, tapi ia berharap agar pemerintah tidak merubuhkan bangunan saja, tanpa mencarikan solusi bagi pemilik kafe untuk berusaha dengan jalan lain.
“Tahun 2012 lalu saya ikut pula berantam dengan pemilik kafe, saat itu kami para pemuda membantu petugas melakukan penertiban. Tapi nyatanya berdiri lagi kafe-kafe mesum di sana dan baru kemarin ditertibkan lagi. Saya rasa kalau pemerintah ker­janya main rubuh saja, tempat itu akan tetap dibangun lagi setiap kali setelah ditertibkan,” ucapnya.
Hal serupa diungkapkan Mai­­nar (55), warga Bukik Lampu itu berharap agar pemerintah mem­bukakan jalan lain bagi pemilik bangunan liar, kafe, tempat karaoke dan pondok baremoh, untuk bisa berusaha dengan cara yang lebih halal.
“Selama ini saya sebagai war­ga sangat resah dengan tempat-tempat mesum itu dan saya mendukung penertiban yang dilakukan.Tapi pemerintah pun, kalau hanya akan membongkar saja, pasti satu saat akan berdiri lagi. Begitupun dengan pondok-pondok di Pantai Nirwana,” katanya.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pari­wisata (Disbudpar) Kota Padang, Medi Iswandi, kepada Haluan mengatakan, banyak bangunan di Bukik Lampu yang merupakan bangunan liar, sehingga pem­bongkarannya wajib dilakukan. Selain itu, bangunan liar itu didirikan untuk bisnis esek-esek yang jelas-jelas ditentang oleh berbagai pihak.
“Pemandangan di kawasan Bu­kik Lampu memang bagus karena terhampar lautan di de­pannya, selain itu hawanya sejuk. Tapi, disalahgunakan oleh mas­yarakat dengan mendirikan ba­ngunan liar untuk tempat mesum dan bahkan prostitusi. Siapa pun di Kota Padang ini tidak ada yang membenarkan mereka sehingga memang wajib bongkar,” kata Medi.
Selain itu, mengenai pengem­bangan Pantai Nirwana, dalam waktu dekat Disbudpar Kota Pa­dang akan kembali mengun­jungi war­ga setempat untuk men­dorong pem­bentukan Kelompok Sadar Wisata (KSW). Nantinya, dari KSW itu dikelola pariwisata yang le­bih baik dan jauh dari kata esek-esek.
“Jika ada warga setempat yang mengatakan orang akan lari dari Pantai Nirwana karena tidak ada pondok baremoh lagi, itu salah besar. Contoh saja kunju­ngan ke kawasan Cimpago dan Pantai Muaro Lasak sebelum dan sesudah dibabatnya tenda ceper,” kata Medi membandingkan.
Artinya, banyak potensi wisa­ta di Pantai Nirwana yang dapat dikembangkan oleh KSW selain menggunakan jalan pintas bisnis esek-esek untuk menarik pe­ngun­jung. “Di sana bisa dibangun restoran bagus, wahana per­mainan seperti banana boat dan lain-lain. Kalau pemerintah yang mencarikan investor, tentu akan merugikan warga setempat, un­tuk itu kami akan dorong pen­dirian KSW di Pantai Nirwana,” tutup Medi. (http://harianhaluan.com/news/detail/49456/warga-mendukung-pemilik-kafe-bingung)

Oleh : JULI ISHAQ PUTRA
logoblog

Thanks for reading Warga Mendukung, Pemilik Kafe Bingung

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar