Hamparan laut biru berhiaskan aneka ukuran kapal laksana pemandangan dalam lukisan. Sayangnya, pesona itu disalahgunakan oleh beberapa orang yang mencari uang lewat jalan pintas; bisnis esek-esek. Kontan saja, pemerintah meratakan bangunan liar di Bukik Lampu dan Pantai Nirwana untuk sekian kalinya.
Saat Haluan mengunjungi kawasan Bukik Lampu dan Pantai Nirwana kemarin (1/3), masih terlihat sisa-sisa pekerjaan Satuan Koordinasi Keamanan Ketertiban Kota (SK4) Padang sehari sebelumnya (29/2). Di antaranya, puluhan bangunan kayu liar yang diduga sebagai kafe esek-esek tampak tumbang ke jurang-jurang, puluhan bangunan permanen yang ditengarai sebagai tempat karaoke esek-esek tampak dipasangi segel tak boleh beroperasi, serta puluhan tonggokan arang berkas pembakaran pondok baremoh di Taman Nirwana masih terlihat.
Wan (32), pemilik salah satu bangunan kayu yang ditumbangkan ke jurang, terlihat tengah memahat beberapa potong kayu di lokasi kafenya berdiri sebelum operasi pembongkaran digelar. Katanya, ia belum tahu apakah akan kembali mendirikan kafe atau tidak. Ia mengaku hanya memungut kayu yang masih layak pakai.
“Padahal kedai saya cuma kedai menjual minuman, tapi kena pembongkaran juga. Sekarang saya hanya mengambil kayu sisanya,” kilahnya ketika ditanya apakah ia akan mendirikan lagi bangunan yang dirobohkan anggota Satpol PP Kota Padang di bawah pimpinan Kepala Satpol PP Firdaus Ilyas yang langsung turun ke lokasi saat penertiban.
Bukan hanya Wan, beberapa pemilik kafe yang dirobohkan lainnya juga terlihat mengerjakan berbagai hal di bekas reruntuhan kafe mereka. Tak satu pun yang mengaku akan mendirikan bangunan kembali. Di samping itu, beberapa warga terlihat di depan bangunan permanen yang bersegel. Namun, tidak ada tanda-tanda kafe itu akan beroperasi pada malamnya.
Saat pantauan diteruskan ke Pantai Nirwana, terlihat tonggokan arang kayu bekas pembakaran ‘pondok baremoh’ oleh Satpol PP saat penertiban. Meskipun demikian, beberapa pondok tidak tertutup masih terlihat berdiri dan diisi muda-mudi yang sepertinya tidak sedang melakukan hal yang aneh-aneh.
Nd, seorang pemilik pondok kepada Haluan mengatakan, dalam beberapa hari ke depan ia akan mendirikan kembali pondoknya, namun ia berencana membangun pondok yang terbuka, tidak seperti sebelumnya yang tertutup dan hanya terbuka di sisi yang menghadap ke pantai saja. Namun, ia tak yakin akan banyak pengunjung datang ke Pantai Nirwana.
“Selama ini banyak orang datang untuk duduk-duduk di pondok saya, tapi itu yang dibakar. Kalau tak ada pondok, belum tahu apakah ada orang akan datang atau tidak sama sekali,” katanya.
Ditarik jauh ke belakang, pembongkaran bangunan liar, kafe dan pondok baremoh di dua kawasan tersebut bukanlah yang pertama dilakukan Pemko Padang. Yang paling kentara tentu pembongkaran pada 2012 lalu. Saat itu, penertiban didukung warga yang tidak menyetujui keberadaan ladang bisnis esek-esek tersebut. Namun, pembongkaran mendapat perlawanan dan diwarnai keikutsertaan oknum tentara yang diduga membekingi keberadaan pondok tersebut. Akibatnya, tujuh wartawan mengalami kekerasan.
Sedangkan pada pembongkaran kali ini, Satpol PP Kota Padang mencatat telah merubuhkan 25 bangunan liar dan menyegel 9 kafe/tempat karaoke di Bukik Lampu, serta membakar 25 pondok baremoh di kawasan Pantai Nirwana. Warga sekitar tetap menyambut baik pembongkaran tersebut, namun masih ada yang pesimis dan meyakini tempat-tempat mesum tersebut akan berdiri kembali.
M.I Maulana (28), salah seorang pemuda Gauang Gates mengatakan, pemuda mendukung upaya pemerintah dalam menertibkan tempat-tempat mesum Bukik Lampu dan Pantai Nirwana, tapi ia berharap agar pemerintah tidak merubuhkan bangunan saja, tanpa mencarikan solusi bagi pemilik kafe untuk berusaha dengan jalan lain.
“Tahun 2012 lalu saya ikut pula berantam dengan pemilik kafe, saat itu kami para pemuda membantu petugas melakukan penertiban. Tapi nyatanya berdiri lagi kafe-kafe mesum di sana dan baru kemarin ditertibkan lagi. Saya rasa kalau pemerintah kerjanya main rubuh saja, tempat itu akan tetap dibangun lagi setiap kali setelah ditertibkan,” ucapnya.
Hal serupa diungkapkan Mainar (55), warga Bukik Lampu itu berharap agar pemerintah membukakan jalan lain bagi pemilik bangunan liar, kafe, tempat karaoke dan pondok baremoh, untuk bisa berusaha dengan cara yang lebih halal.
“Selama ini saya sebagai warga sangat resah dengan tempat-tempat mesum itu dan saya mendukung penertiban yang dilakukan.Tapi pemerintah pun, kalau hanya akan membongkar saja, pasti satu saat akan berdiri lagi. Begitupun dengan pondok-pondok di Pantai Nirwana,” katanya.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Padang, Medi Iswandi, kepada Haluan mengatakan, banyak bangunan di Bukik Lampu yang merupakan bangunan liar, sehingga pembongkarannya wajib dilakukan. Selain itu, bangunan liar itu didirikan untuk bisnis esek-esek yang jelas-jelas ditentang oleh berbagai pihak.
“Pemandangan di kawasan Bukik Lampu memang bagus karena terhampar lautan di depannya, selain itu hawanya sejuk. Tapi, disalahgunakan oleh masyarakat dengan mendirikan bangunan liar untuk tempat mesum dan bahkan prostitusi. Siapa pun di Kota Padang ini tidak ada yang membenarkan mereka sehingga memang wajib bongkar,” kata Medi.
Selain itu, mengenai pengembangan Pantai Nirwana, dalam waktu dekat Disbudpar Kota Padang akan kembali mengunjungi warga setempat untuk mendorong pembentukan Kelompok Sadar Wisata (KSW). Nantinya, dari KSW itu dikelola pariwisata yang lebih baik dan jauh dari kata esek-esek.
“Jika ada warga setempat yang mengatakan orang akan lari dari Pantai Nirwana karena tidak ada pondok baremoh lagi, itu salah besar. Contoh saja kunjungan ke kawasan Cimpago dan Pantai Muaro Lasak sebelum dan sesudah dibabatnya tenda ceper,” kata Medi membandingkan.
Artinya, banyak potensi wisata di Pantai Nirwana yang dapat dikembangkan oleh KSW selain menggunakan jalan pintas bisnis esek-esek untuk menarik pengunjung. “Di sana bisa dibangun restoran bagus, wahana permainan seperti banana boat dan lain-lain. Kalau pemerintah yang mencarikan investor, tentu akan merugikan warga setempat, untuk itu kami akan dorong pendirian KSW di Pantai Nirwana,” tutup Medi. (http://harianhaluan.com/news/detail/49456/warga-mendukung-pemilik-kafe-bingung)
Oleh : JULI ISHAQ PUTRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar