Para penyuka hubungan sejenis, merasuk hampir seluruh lini kehidupan masyarakat Sumbar. Lesbian, biseks, transgender (LGBT) ada dimana-mana, walau tidak kentara. Di media sosial, interaksi mereka massif, dengan membuat grup khusus komunitasnya.
Puluhan banyaknya grup LGBT Sumbar, terutama Facebook. Penghuninya, kaum muda yang masih duduk di bangku sekolah. Bahaya jika dibiarkan.
Penelusuran Haluan, ada satu situs dengan alamat freegb.net yang dikhususkan untuk kaum gay untuk mencari pasangan, termasuk share kontak. Di laman khusus untuk gay Sumbar, tersimpan sedikitnya 1.501 identitas gay yang mencari pasangan, lengkap dengan kontak telefon dan alamat rumahnya. Situs ini sangat private, dan diselubungkan di blog induk yang khusus membahas tentang tanaman.
Lainnya, puluhan grup yang dikhususkan untuk pecinta sesama jenis di Sumbar, menjamur di Facebook. Jumlah pengikutnya tidak main-main. Mencapai belasan ribu. Di seluruh kabupaten/kota, LGBT membuat grup, terutama gay. Jika mau tahu, tinggal klik search di Facebook, akan tertampang bermacam grup yang mengidentikkan dengan daerah. Misalnya, Maniak Gay Payakumbuh, Gay Bukittinggi dan Gay Pariaman.
Setiap grup, paling sedikit anggotanya 300 orang. Namun, kebanyakan grup tersebut diproteksi, sehingga hanya bisa diakses oleh orang tertentu. Ini sekaligus menguatkan jumlah gay hasil riset NGO Forsis yang memperkirakan puluhan ribu pria Sumbar adalah gay. Termasuk menguatkan data Dinas Kesehatan Kota Pariaman yang menyebut, ada sekitar 5.000 kelompok gay di Sumbar. Jika satu kelompok saja ada 10 anggota, bayangkan berapa banyak jumlah.
Salah satu grup terbesar adalah Komunitas Cowok Ganteng Tapi Gay Padang. Kalau di dunia nyata, mereka sengaja menutupi orientasi seksualnya, berbeda jika sudah berada di dalam grup. Para pelaku dengan gamblang mengakui orientasi seksual, bahkan secara terbuka mencari pasangan sesama pecinta jenis, dengan melampirkan kontak yang bisa dihubungi. Mulai dari Line, WhatsApp, nomor telefon, hingga id Whechat. Interaksinya juga berjalan hangat, dan jarang sekali yang tidak mendapatkan pasangan, hingga ada yang khusus melayani lelaki bayaran.
Psikolog kenamaan, Aully Grashinta mengatakan, pelaku homoseksual biasanya ekslusif karena mereka menyadari kelompok LGBT tidak diterima oleh masyakarat. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan membuat grup di media sosial. " Homoseksual dan praktik seks ini adalah perilaku menyimpang. Karena sifatnya itulah mereka memilih tempat sendiri," kata Shinta.
Saat bergabung dalam sebuah kelompok, mereka mendapatkan akses yang lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan kebutuhannya terkait pemuasan hasrat seksual. Selain itu mereka merasa diterima dalam kelompok tersebut. Sehingga mereka bisa melakukan aktivitas yang dapat dipahami oleh kelompok mereka sendiri. "Adanya kesamaan pandangan dan kebutuhan biasanya membuat kelompok ini semakin kohesif dan eksklusif," ujarnya.
Pada kelompok tertentu, biasanya ada yang benar-benar homoseksual, ada pula yang sebenarnya hanya terbawa kebiasaan kelompok. "Jadi bukan gay tulen tapi karena gaya hidup. Diperkirakan jumlah penganut homoseksual termasuk LGBT semakin meningkat," bebernya.
Dia menjelaskan, kaum ini ada yang memang terjadi karena genetik. Sehingga secara hormonal lebih besar ke lawan jenis, misalnya laki-laki tapi hormon progesteronnya besar dan sebaliknya. Shinta mengutip pada Kemenkes tahun 2012 bahwa ada sekitar 1.095.970 jiwa yang berperilaku menyimpang. Jumlah ini naik 37 persen dari tahun 2009. "Karena adanya perubahan terhadap nilai nilai seksual berkencan dengan sesama dianggap memiliki arti yang berbeda, anti mainstream dan tentunya menjadi eksklusif," katanya.
Dengan demikian menjadi gay merupakan satu pilihan. Selain itu sekarang kaum gay ini lebih membuka diri sehingga adanya peningkatan bisa jadi karena sekarang mereka coming out (mengaku). "Mereka merasa berani mengaku karena gaya hidup gay menjadi pilihan dan tidak mengganggu orang lain," ucapnya.(h/ben/eln/mg-hkl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar